Monday, September 2, 2013

Travelling at pulau lombok



Hai - hai aku kembali lagi nih dengan mengelilingi Pulau Lombok .
kali ini saya ke kota Mataram di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam rangka mengisi libur lebaran. Sebelumnya saya sering ke Pulau Lombok karena disanalah tempat masa kecilku, jadi kesempatan liburan ini sekaligus sebagai jalan-jalan dan juga melepas kangen sama keluarga yang ada disana. Ibaratnya sambil menyelam minum air. Saya memang sudah lama menunggu liburan dan ingin jalan-jalan ke Pulau Lombok. Lombok sering dijadikan alternatif wisata selain Bali. Bagi turis asing yang tidak suka dengan suasana Bali yang sudah crowded, maka Lombok sering dijadikan sebagai pilihan tempat wisata.


Dari Surabaya tidak ada penerbangan langsung ke Mataram, tetapi harus transit dulu di Bali. Saya naik pesawat Lion Air bersama saudara Di Denpasar kami transit selama satu jam, lalu berganti pesawat kecil berbaling-baling (Wings Air) ke Mataram. Dari Bandara Ngurah Rai ke Bandara Lombok International Airport (LIA) hanya membutuhkan waktu 25 menit saja.


Kota Mataram merupakan gabungan dua kota lama yang saling berdekatan, yaitu Ampenan dan Cakranegara. Penduduk kota Mataram mayoritas orang dari suku Sasak dan suku Bali. Perpaduan budaya Sasak dan budaya Bali menghasilkan budaya yang unik. Pengaruh Bali di kota Mataram cukup terasa, di dalam kota kita menemukan banyak pura atau rumah-rumah orang Bali yang ada puranya. Di kota Mataram tersebar kawasan yang menjadi tempat pemukiman orang Bali. Penduduk etnis Bali terkonsentrasi di wilayah Cakranegara.



Seusai acara perjalanan yang berlangsung 1 jam, saya langsung ke rumah untuk beristirahat dan pada sore harinya saya langsung diajak jalan-jalan mengelilingi dan mengenang masa kecil saya

Pulau Lombok sering disebut pulau seribu masjid. Wajar saja karena mayoritas penduduknya beragama Islam. Ulama Islam di Lombok disebut Tuanku Guru. Saya mengamati masjid-masid di sana, mulai dari Bandara LIA di Lombok Tengah hingga masuk kota Mataram, ternyata kubahnya sangat khas. Jika di tempat lain di tanah air kubah masjid berbentuk agak bulat seperti umumnya masjid-masjid di Timur-Tengah, tetapi di Lombok kubah masjid berbentuk lonjong.


Selanjutnya saya menuju satu tempat peninggalan kuno yang terkenal, yaitu Taman Narmada. Taman ini terletak di daerah Narmada, Lombok Barat. Taman Narmada adalah sebuah taman lengkap dengan kolam dan bangunan pura peninggalan Kerajaan Mataram Lombok. Taman ini dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Mataram Lombok bernama Anak Agung Ngurah Karang Asem.

Di dalam kompleks Taman Narmada terdapat dua buah pura, yaitu Pura Kelasa dan Pura Lingsar. Pura-pura ini digunakan sebagai tempat persembahyangan umat Hindu di Mataram.

Sayangnya Taman Narmada ini dijadikan tempat pasangan yang berpacaran. Mungkin karena tempatnya yang sepi sehingga, adem, dan banyak pepohonan, sehingga pasangan muda-mudi terlihat bebas berpacaran hingga kelewat batas.



Selesai mengelilingi Taman Narmada, rute wisata selanjutnya adalah menuju Pantai Senggigi. Pantai ini mungkin sudah seterkenal Pantai Kuta. Saya masih penasaran apa sih yang menjadi daya tarik Pantai Senggigi. Dari Taman Narmada kita memutar lagi memasuki kota Mataram (kaena jalan satu arah), lalu bergerak ke arah barat.




Memasuki kawasan pantai Senggigi kita menemui banyak hotel dan restoran betebaran sepanjang jalan. Turis bule yang rata-rata berusia mapan tampak berseliweran. Pantai Senggigi merupakan tujuan turis bule yang ingin mencari suasana mirip Bali tetapi dengan nuansa lebih tenang. Kalau turis berusia muda biasanya memilih Pantai Kuta di Bali, maka turi bule berusia mapan atau yang sudah tua memilih Senggigi untuk menikmati laut.



Setelah sampai ke Senggigi, menurut saya pantai Sengiggi itu biasa-biasa. Pasirnya berwarna kecoklatan, ombaknya tidak besar sehingga tidak cocok buat bermain ski. Karena letaknya di barat maka Senggigi merupakan tempat yang tepat untuk melihat matahari terbenam.

Melihat suasana pantai yang sepi, jauh dari hiruk pikuk Pantai Kuta Bali yang bising, Senggigi memang cocok bagi turis yang pensiun untuk menenangkan diri, atau bagi pengantin baru yang berbulan madu. Menurut saya Senggigi kurang cocok buat keluarga yang membawa anak-anak karena di sekitar Senggigi tidak ada arena permainan anak, mal, dan sejenisnya.

Hari sudah memasuki waktu maghrib, sayapun bersiap kembali ke rumah.

No comments:

Post a Comment