Hai - hai aku kembali lagi nih dengan mengelilingi Pulau Lombok .
kali ini saya ke kota Mataram di Pulau Lombok, Nusa
Tenggara Barat (NTB) dalam rangka mengisi libur lebaran. Sebelumnya saya sering
ke Pulau Lombok karena disanalah tempat masa kecilku, jadi kesempatan liburan
ini sekaligus sebagai jalan-jalan dan juga melepas kangen sama keluarga yang
ada disana. Ibaratnya sambil menyelam minum air. Saya memang sudah lama menunggu
liburan dan ingin jalan-jalan ke Pulau Lombok. Lombok sering dijadikan
alternatif wisata selain Bali. Bagi turis asing yang tidak suka dengan suasana
Bali yang sudah crowded, maka Lombok sering dijadikan sebagai pilihan tempat
wisata.
Dari
Surabaya tidak ada penerbangan langsung ke Mataram, tetapi harus transit dulu
di Bali. Saya naik pesawat Lion Air bersama saudara Di Denpasar kami transit
selama satu jam, lalu berganti pesawat kecil berbaling-baling (Wings Air) ke
Mataram. Dari Bandara Ngurah Rai ke Bandara Lombok International Airport (LIA)
hanya membutuhkan waktu 25 menit saja.
Kota Mataram
merupakan gabungan dua kota lama yang saling berdekatan, yaitu Ampenan dan
Cakranegara. Penduduk kota Mataram mayoritas orang dari suku Sasak dan suku
Bali. Perpaduan budaya Sasak dan budaya Bali menghasilkan budaya yang unik.
Pengaruh Bali di kota Mataram cukup terasa, di dalam kota kita menemukan banyak
pura atau rumah-rumah orang Bali yang ada puranya. Di kota Mataram tersebar
kawasan yang menjadi tempat pemukiman orang Bali. Penduduk etnis Bali
terkonsentrasi di wilayah Cakranegara.
Seusai acara
perjalanan yang berlangsung 1 jam, saya langsung ke rumah untuk beristirahat
dan pada sore harinya saya langsung diajak jalan-jalan mengelilingi dan
mengenang masa kecil saya
Pulau Lombok
sering disebut pulau seribu masjid. Wajar saja karena mayoritas penduduknya
beragama Islam. Ulama Islam di Lombok disebut Tuanku Guru. Saya mengamati
masjid-masid di sana, mulai dari Bandara LIA di Lombok Tengah hingga masuk kota
Mataram, ternyata kubahnya sangat khas. Jika di tempat lain di tanah air kubah
masjid berbentuk agak bulat seperti umumnya masjid-masjid di Timur-Tengah,
tetapi di Lombok kubah masjid berbentuk lonjong.
Selanjutnya
saya menuju satu tempat peninggalan kuno yang terkenal, yaitu Taman Narmada.
Taman ini terletak di daerah Narmada, Lombok Barat. Taman Narmada adalah sebuah
taman lengkap dengan kolam dan bangunan pura peninggalan Kerajaan Mataram
Lombok. Taman ini dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Mataram Lombok bernama
Anak Agung Ngurah Karang Asem.
Di dalam
kompleks Taman Narmada terdapat dua buah pura, yaitu Pura Kelasa dan Pura
Lingsar. Pura-pura ini digunakan sebagai tempat persembahyangan umat Hindu di
Mataram.
Sayangnya
Taman Narmada ini dijadikan tempat pasangan yang berpacaran. Mungkin karena
tempatnya yang sepi sehingga, adem, dan banyak pepohonan, sehingga pasangan
muda-mudi terlihat bebas berpacaran hingga kelewat batas.
Selesai
mengelilingi Taman Narmada, rute wisata selanjutnya adalah menuju Pantai
Senggigi. Pantai ini mungkin sudah seterkenal Pantai Kuta. Saya masih penasaran
apa sih yang menjadi daya tarik Pantai Senggigi. Dari Taman Narmada kita
memutar lagi memasuki kota Mataram (kaena jalan satu arah), lalu bergerak ke
arah barat.
Memasuki kawasan pantai Senggigi kita menemui banyak hotel dan restoran betebaran sepanjang jalan. Turis bule yang rata-rata berusia mapan tampak berseliweran. Pantai Senggigi merupakan tujuan turis bule yang ingin mencari suasana mirip Bali tetapi dengan nuansa lebih tenang. Kalau turis berusia muda biasanya memilih Pantai Kuta di Bali, maka turi bule berusia mapan atau yang sudah tua memilih Senggigi untuk menikmati laut.
Setelah
sampai ke Senggigi, menurut saya pantai Sengiggi itu biasa-biasa. Pasirnya
berwarna kecoklatan, ombaknya tidak besar sehingga tidak cocok buat bermain
ski. Karena letaknya di barat maka Senggigi merupakan tempat yang tepat untuk
melihat matahari terbenam.
Melihat
suasana pantai yang sepi, jauh dari hiruk pikuk Pantai Kuta Bali yang bising,
Senggigi memang cocok bagi turis yang pensiun untuk menenangkan diri, atau bagi
pengantin baru yang berbulan madu. Menurut saya Senggigi kurang cocok buat
keluarga yang membawa anak-anak karena di sekitar Senggigi tidak ada arena
permainan anak, mal, dan sejenisnya.
Hari sudah
memasuki waktu maghrib, sayapun bersiap kembali ke rumah.